Ningrat = Bangsat?

“Apa bedanya ningrat sama bangsat?” Ini tulisan pada sticker mobil yang berhenti pas lampu merah perempatan jalan. Entah mobil punya siapa hehe.

Di tengah keramaian jalan saat itu, bayangan saya langsung tertuju pada seorang penulis dengan topi khas-nya

Menjadi ningrat sekaligus bangsat itu mudah. Dengan kuasa & status mengambil apa yang bukan hak-nya apa susahnya? Tapi bisa jadi semua dianggap miliknya hingga dianggap lumrah.

Jika pejabat itu ningrat, pejabat urusan air bisa jadi minum air suka-suka. Pejabat urusan emas tergoda buat jam emas sampai gigi emas. Pejabat urusan tanah menyerobot tanah buat liang kuburnya sendiri sebagai bonus.

Kaum ningrat ingin jadi 1,1% outlawws sambil keliling kota dengan moge 1500cc nya. Urusan ketemu lampu merah terobos aja mumpung buta warna. Apalagi ketemu rakyat jelata dengan bebek peking. Minggir..minggir!

Tapi ada beberapa pengecualian, kalau jaman dulu tidak sedikit raja yang tapa brata. Sedang sekarang ada penguasa yang puasa seperti rakyat jelata

Sayangnya, tidak sedikit orang ingin jadi ningrat meski bangsat. Biar sikut tetangga kiri-kanan tak apa. Hidup khan kompetisi, siapa rangking 1? Siapa rangking 77? Menjadi ningrat khan indikasi kalau hidup berhasil dan tanda jadi pemenang yang jaya.

Menjadi ningrat yang bangsat terang-terangan mungkin masih bisa terampuni karena jelas kelasnya. Pintu surga masih belum terkunci apalagi jika pertobatan datang menyapa.

Yang celaka adalah ningrat kelas surga. Ini para ningrat yang memegang kunci surga dengan angkuh. Tidak pernah merasa berdosa karena mereka mengklaim sebagai penjaga surga.

Mereka sih seperti raja dengan tampilan laku tapa brata, penguasa yang puasa, tapi cuma kedok sajalah..Kebangsatan mereka tersamar baik karena terlihat indah bak sutra dan tercium wangi seperti cendana.

Tapi ada cara terbaik untuk melihat mereka apa adanya. Buat secangkir kopi, sruput pelan-pelan, pikiran jadi jernih, dan mata terbuka lebar. Bandingkan saja antara perkataan & perbuatan mereka. Lihat saja sambil duduk lesehan sambil menikmati pisang goreng..nyamm..nyamm.


Catatan :

Kritik terhadap kaum ningrat secara tajam banyak diungkap oleh PAM (Pramoedya Ananta Toer) lewat buku-buku novel sejarah yang beliau tulis. Iya dalam bentuk novel ya hehe. Satu judul yang saya rekomendasikan : Gadis pantai.

Meski buku ini berlatar praktek feodalisme di Indonesia kala itu, tetap imajinasi saya soal ningrat mendapat wacana baru.

Arti ningrat dan bangsat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) :

ning·rat n golongan orang-orang mulia; bangsawan; borjuis;

me·ning·rat·kan v memuliakan, meninggikan derajat bangsawan; menjadi anggota bangsawan;

ke·ning·rat-ning·rat·an v (bertindak, berlaku) seperti kaum ningrat (biasanya dianggap jelek, negatif, dan sebagainya): hidup ~

Sedang arti kata bangsat sendiri :

bang·sat1 n 1 kepinding; kutu busuk; 2 cak orang yang bertabiat jahat (terutama yang suka mencuri, mencopet, dan sebagainya): dasar anak — , menjadi — juga

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s