Membuat satu sistem OS Linux yang ruwet itu mudah. Kasih satu lapis tebal interface yang user friendly. Ini tukang sihir yang buat segala sesuatu jalan otomatis.
Kecenderungan developer distro menambah fitur A,B,C, sampai Z. Membuat semuanya jalan dengan tombol wizard yang menebak keinginan user.
Ada bargaining kestabilan pada tataran user level dengan menambah keruwetan fitur. Satu instruksi sederhana pada terminal bisa jadi ratusan baris script untuk membuat hidup lebih mudah. Dan dalam keluarga besar dengan banyak anggota, konflik lebih banyak terjadi.
Kadang saya membayangkan resiko satu sistem yang terintegrasi penuh yang hidup saling tergantung tanpa proses transparan. Ini ibarat puluhan kapal terikat. Saat satu kapal terbakar, resiko merembet ke kapal lain jauh lebih besar.
Jika Anda tipikal user yang ingin punya kontrol penuh dengan OS, tanpa tukang sihir yang membuat semuanya jalan tanpa Anda banyak tahu prosesnya, Slackware layak Anda coba.
Linux Slackware jarang mendapat publikasi yang meriah dibanding OS lain. Komunitas penggunanya juga relatif kecil. Tampilan website resmi juga terkesan kuno dan tak terurus. Tapi jangan salah, development berlangsung aktif.
Jika OS yang lain penuh fitur “bells & whistles” Tidak dengan Slackware. Ini OS barebone yang tidak mendikte bagaimana user menggunakan OS nya.
Bagi pemula di Linux, selama ada keinginan untuk belajar dan membaca manual, Slackware tetap layak dicoba. Semua proses di Slackware berlangsung transparan dan “to the point”. Pengaturan berdasarkan script yang bisa diedit pakai teks editor apa saja.
Katanya, menggunakan Slackware akan membawa Anda ke jaman lalu saat komputer Unix masih sebesar lemari. Tapi jangan salah paham, Slackware adalah distro Linux modern dengan program dan Kernel jaman Now.
Anda dapat dengan mudah upgrade kernel terbaru yang release 1 jam lalu. Proses ini biasanya jalan mulus. Yach Slackware menggunakan Vanilla Kernel, Kernel Linux asli apa adanya tanpa modifikasi. Tidak perlu menunggu developer distro untuk yang satu ini. Urusan memodifikasi konfigurasi Kernel dan kompile ulang ya user yang lakukan.
“Keeps software exactly as the original developer intended it to be”. Ini satu aspek yang saya hargai dari Slackware.
Saat njajan ke distro lain, kadang serasa “asing” dengan program-program yang sudah dimodifikasi sama developer distro. Jadi di Slackware serasa original apa adanya tidak di jadikan satu tema cantik ala Mac OS. Kalaupun butuh ke mainstream alias developer original satu program, terasa tak asing.
Semua program yang terbundle versi akhir yang stabil. Jika tak stabil tak akan masuk. “Bleeding edge” pada Slackware Current bahkan banyak diklaim lebih stabil dari banyak distro lain.
Jika Anda menginginkan kestabilan OS dibanding banyak fitur otomatis, instal Slackware.
Di bawah ini penggalan ChangeLog dari Slackware.
Development Slackware bersifat terbuka, siapa saja bisa terlibat. Ini asyiknya kalau berurusan sama OS model open source. Anda dapat juga mengikuti Forum resmi Slackware untuk level Internasional.
Tidak ada jadwal pasti release ala organisasi modern. Versi akhir 14.2, dan sudah 2,5 tahun sejak itu belum release. Beda sama distro linux lain yang menetapkan tiap 6 bulan sekali untuk release versi baru. Tidak dengan Slackware.
Package management? Baiklah tidak secanggih Synaptic ala Debian. Slackware malas berurusan sama “dependency hell”. Malas juga dengan “systemd”, setengah hati juga dengan “pulseaudio” dan tidak cocok dengan “pam”. Hidup jadi tidak mudah di Slackware. Hidup memang pilihan ya?
Kesimpulan
Slackware Linux memang bukan untuk setiap orang. Ini OS buat yang ingin kontrol lebih atas OS yang dimiliki. Ini mengabaikan kemudahan hidup ala wizard π
Slackware Linux menjaga segala sesuatu tetap sederhana dan jalan. Menyerahkan banyak urusan konfigurasi OS ke user yang punya kebutuhan beda-beda.
Peace β
Slackware seperti berlian ketutup debu , bagus walaupun terlihat kuno.
Yup setuju! Udah pakai 12 thn lebih gak pernah ganti distro. Yang keliatan modern dan mengkilat justru gak tahan banting π