Blackbox dan Penilaian

Manusia itu dasarnya subyektif. Persepsi, emosi, dan history hidup punya pengaruh besar dalam menilai. Beda warna beda penilaian. Beda kemasan beda penilaian juga (meski isinya sama). Belum lagi stereotip tanpa disadari membentuk kaca mata kuda dalam melihat.

Karena untuk menilai perlu kejujuran, maka blackbox diperlukan untuk mengurangi hambatan. Jika ingin mendengar, tutup mata Anda. Jika ingin mencium, tutup mata Anda juga 😉

Mengakui bahwa tetap ada unsur subyektif adalah hal manusiawi. Yach manusia adalah manusia bukan robot. Kebanyakan tetap lebih suka melihat pemain drakor macam 송지효 yang cantik dibanding biasa-biasa saja.

Tapi seringkali penilaian gabungan dari banyak unsur sekaligus. Jika memilih sabun mandi, ada beberapa parameter seperti : wangi, harga, kemasan, dan kandungan.

Membandingkan kopi misalnya. Ada aroma, rasa, dan proses membuatnya. Jika Anda aliran V60 akan “susah” menilai jika secangkir kopi asal aduk saja. Tapi akan berbeda jika dengan mata tertutup ada 3 cangkir yang ingin dicicip. Anda tidak mendapat informasi kopi apa dan dengan cara apa proses membuatnya. Hidung dan lidah jadi juri.

Blackbox tidak selalu diperlukan. Manusia puas dengan apa yang dinikmati sesuai keinginan dan preferensi masing-masing. Penilaian yang subyektif juga sah-sah saja. Menyukai tetangga karena asal daerah yang sama juga sah saja. Menilai lebih enak nasi goreng pak Yan juga gak masalah.

Yang penting Anda mengetahui, jika satu saat mesti menilai. Kapan blackbox diperlukan atau dilempar ke tong sampah lol.

Dikirimkan di Life

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s