Mau ngopi di mana? Terserah. Mau di warkop ujung gang oke, mau di kafe mall gak masalah. Cuma jarang amat kalau pergi sama cewek trus cangkruk’an di warkop. Pernah sih sekali dua kali sama mantan hehehe.
Posisi ngopi ini silih berganti. Antara warkop dan kafe mall. Hari ini secangkir 3rb, lusa bayar 50rb. Besok 3rb, minggu depan 35rb.
Makan juga sama. Makan di warkop murah meriah. “Sego Jangan” cuma 7rb. (Kali ini enak sungguhan). Kata yang jual, makanan kelas pekerja bangunan. Kalau dikasih ayam malah mintanya tahu tempe. Mungkin kemahalan bagi mereka?
Pesan sandwich di kafe seporsi 75rb. Makanan lain ya sekitar itu. Egg Benedict 80rb dan steak 150rb. Ini belum tambahan tax plus servis 15%. Apalagi pergi bareng istri-istri plus anak-anak (jika Anda poligami) terbayang budgetnya?
Sudah 2x nyelinap di kantin khusus karyawan Mall lantai basement. Harga murah meriah dan rasa enak juga. Ini bagi yang bosan sama kopi dan makanan mall. Kasus saya mesti beli tiket makan yang cuma 7rb. Untuk minum 1,5rb.
Tak perlu pelit soal ngopi ini. Kalau di warkop yang jual bingung koret-koret cari kembalian uang kecil, sudah relakan saja. Kecil bagi kita, bisa jadi berarti bagi mereka.
Sama juga kalau ngafe di mall. Kalau kaki sudah melangkah, ya dinikmati saja mumpung ada kesempatan. Ingat, karyawan mendapat tax service selain gaji. Lagian hidup cuma sekali. Ini kenikmatan yang sah.
Masing-masing tempat itu menjaga agar pikiran tetap waras. Jika Anda masih bisa ngopi di warkop, hidup mesti disyukuri. Meski dompet tinggal 10rb, itu masih bisa ngopi plus makan sego Jangan. Kebutuhan dasar manusia soal makan minum tidak semahal yang dibayangkan.
Bisa ngafe di mall juga disyukuri, tidak semua punya budget untuk itu. Masalah rasa relatif. Saya gak bisa bedakan secangkir kopi luwak 125rb dengan yang standar 35rb. Tapi mengapa tidak?
Kalau boleh milih, agar jiwa tetap terjaga empati terhadap sesama, tidak menjadi sombong dan takabur, pilih aja warkop yang merakyat hehehe.
Peace!
Michael Daranto's Blog 