Alita “Low Life -High Tech” Battle Angle

Jika saat ini setengah komputer di seluruh dunia disatukan, tak akan bisa menyamai kecerdasan dari Alita 🙂 Ini teknologi 300 tahun kedepan 😁 ✌

Kecerdasan itu bukan pada kecepatan pemrosesan data, atau ketepatan sampai 0,00000000001 mm saat memotong kuku jari. Tapi pada sesuatu yang rapuh sekaligus kuat, misteri sekaligus manusiawi: Cinta.

Bisa saja satu cyborg atau humanoid, robot yang punya sifat atau karakter manusia punya kriteria sesuatu untuk dicintai. Yach, kriteria perlu dibuat agar satu AI (Artificial Intelligence) bisa jalan. Tidak ada misteri di sini. Tidak mungkin satu program ada unsur misteri, program itu akan crash bisa-bisa.

Mengingat masa lalu yang muncul atau tenggelam alias samar juga susah diterapkan pada AI. Algoritma pencarian hanya ada status “Searching…..” Jika pencarian tuntas: ada atau tidak.

Tapi Alita adalah cyborg dengan otak manusia utuh :). Arah teknologi kesana sudah terbuka meski sedikit. Belum 300 tahun :). Kalau seorang manusia punya jantung, pankreas, sama gigi diganti buatan semua, masih disebut manusia kah? Apakah dia 8/9 manusia 1/9 cyborg? Pertanyaan ini bisa dilanjutkan sampai “state of the art” darah buatan, DNA yang diprogram bisa apa saja, microchip sebesar debu, teruskan sendiri.

Tengah malam minggu nonton Alita ini diakhiri perut kelaparan hehehe. Meski kelaparan, saya tidak ingin menulis tulisan yang jadi spoiler, tapi menulis sisi lain saja.

Alita punya karakter yang ruwet. Jika seseorang merancang AI untuk tujuan perang alias menghancurkan dan membunuh, maka “perasaan” akan jadi hambatan besar. Ini dalam realita susah untuk dibuat.

Jika mesin cyborg perang bisa jatuh cinta, sampai bersedia menyerahkan nyawa untuk orang yang dicintai, ini tingkat pembelajaran yang paling susah. Iya karena kontradiksi dan penuh dilema. Keputusan untuk mencintai hanya bisa dibuat manusia. Memilih mana yang dicintai juga punya manusia. Para pakar berusaha men-transfer kemampuan ini pada mesin yang bisa belajar sendiri. (Ok kalau pernah kuliah “Machine Learning” semestinya paham soal ini).

Meletakkan Alita pada level “Low Life” memang pas. Ini diluar standar etika dan tata krama yang diterima umum. Pertanyaan mengenai dosa apa nggak karena Dr Ido jadi tuhan yang kasih hidup pada Alita jadi nggak mengena. Ini kehidupan primitif level bawah sekaligus high tech. (Karakter Alita justru lebih manusiawi dari manusia kurang ajar disekitar).

Iya, banyak laki jatuh cinta sama Alita karena cyborg ini tidak brengsek. Apalagi Alita bisa jatuh cinta 😁 ✌ Berhubungan dengannya tidak ada resiko dikhianati atau dicurangi. Paling pol patah tulang dibanting 😁.

Menutup tulisan ini, ada banyak sifat baik yang bisa diambil hikmahnya dari seorang Alita.

  • Kalau naik sepeda motor, jangan lupa pakai helm. Dr Ido sekalipun gak bisa perbaiki otak kalau sudah rusak.
  • Walau sering terlihat lemah, wanita itu tangguh. Hati-hati di smack down ya..
  • Cinta itu gak pernah salah. Cuma hanya cyborg yang gak pernah ragu. Jadi kalau ragu soal cinta, itu manusiawi.
  • Dicurangi itu biasa dalam hidup. Anggap saja dia belum jadi cyborg. Atau lebih rendah levelnya dibanding cyborg.
  • Cerdas itu tidak perlu presisi, yang penting manusiawi. Masak uang parkir aja gak mau keluar?
  • Belajar itu kewajiban yang gak pernah berhenti. Masak kalah sama cyborg?
  • Menghadapi masalah itu mudah. Tapi tidak dengan dilema dan kontradiksi. Tidak perlu jadi cyborg buat menghadapi yang terakhir.
  • Coklat itu gak pernah salah. Yang salah itu kalau punya tapi gak mau bagi teman yang kelaparan.

Peace!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s