Memainkan musik orang lain berbeda dengan membuatnya. Untuk yang terakhir, DAW merupakan salah satu alat untuk membuat dari tidak ada menjadi ada. Kalau dulu Anda pernah belajar piano “Fur Elise”, sekarang coba buat “Fur Liza” karya Anda sendiri.
Sayangnya pendidikan (musik) saat ini lebih cenderung untuk belajar memainkan musik orang lain dengan sempurna. Jika keliru dihukum berdiri di depan kelas hehehe. Tapi saat berkreasi agak macet. Entah kalau sudah berubah ya 🙂
Tahun lalu saat dikenalkan sama DAW (Digital Audio Workstation) sama mantan murid, jujur saya tidak ngerti sama sekali. Kondisinya hampir sama dengan saat ini, tetap banyak gak ngertinya hehehe.Yang terjadi banyak trial n error. Tapi jangan kuatir, ada banyak tutorial bertebaran di Internet.
Saya beli program DAW – Bitwig Studio pake fasilitas “status” pengajar hingga diskon 40%. (Menunggu persetujuan dari sana juga) . Untuk guru dan pelajar juga ada diskon. Jatuhnya sekisaran UMR jika dikurskan. Tiap DAW punya harga yang fantastis menurut anak kos. Anda dapat cek di situsnya masing-masing.
Mengapa membeli? Setiap musik digital yang dihasilkan selalu ada “signature” musik itu dibuat oleh siapa dan dengan apa. Saya hanya tidak ingin musik (meski amatiran) yang saya hasilkan punya “signature” dari program bajakan hehehe. Kalau pun musik itu dijual untuk cari uang receh, tidak bermasalah karena halal.
Pilihan DAW : Cakewalk Sonar, FL Studio, Ableton Live, dan Steinberg Cubase. Saya memilih Bitwig-Studio karena ada versi native Linux. Menurut cerita temen-temen yang pakai, jika Anda condong untuk mainan DJ-ing, mungkin Ableton Live dapat Anda coba. Sedang FL-Studio populer dengan piano roll nya. Anda dapat memilih DAW versi tanpa bayar jika ingin. Yang saya tahu hanya LMMS yang mirip dengan FL Studio.
Intinya dengan DAW suatu musik bisa diproduksi alias dibuat. Entah dengan alat musik sungguhan atau sekedar pakai Syntesizer saja. Bisa juga gabungan keduanya. Karena DAW hanya satu komponen perangkat lunak, maka perlu komputer dan peralatan Audio. Lebih lanjut, idealnya ruangan juga perlu diperhatikan efek akustiknya.
Karena mainan musik perlu kejujuran, maka segala efek suara/musik semakin apa adanya semakin baik. Singkatnya Headphone atau speaker sebaiknya masuk kategori Monitor. Jika menggunakan Headphone extra bass atau speaker aktif untuk Home Audio, maka meski mahal, perangkat ini kurang cocok karena ditujukan untuk mendengarkan musik bukan untuk membuat musik. Biasanya respon frekuensi dari perangkat audio umum tidak datar / flat.
Perangkat Headphone monitor yang saya punya : ATH-M40x dan ATH-M50x. Untuk versi ATH-M40x seharga 900rb-1 jt , sedang ATH-M50x yang berkisar 1,5-1,8 jt. Sedang speaker monitor DS5A sekitar 1,75 jt. Saya menggunakan USB Audio Interface Focusrite Scarlett Solo seharga 1,5 jt. Ini semua perangkat paling murah yang layak menurut saya. Karena dunia audio tanpa batas, pilihan perangkat sampai senilai puluhan juta per item juga ada.
Namanya mainan DAW, suka-suka sajalah, yang penting happy saja hehehe. Namanya selera musik sama dengan selera makan. Tiap orang punya selera musik yang beda-beda. Ada yang suka dangdut, ada yang suka EDM barat, ada yang suka Hip-Hop, Trap, Trance, Pop, deretan ini tidak ada habisnya kalau diteruskan. Dan namanya belajar berkreasi pasti banyak salahnya juga, kalau tidak ya sudah di surga.
Aliran musik saya ternyata “awur-awuran” hehehee. Coba sana, coba sini, ambil sana, ambil sini, gabung sana, gabung sini, kalau ada chord pun juga “diawur-awur ” aja. Intinya kalau cocok buat telinga saya (yang tentu subyektif) ya sudah. Lha wong buat musik khan pertama untuk dinikmati prosesnya sendiri. Kalau orang lain menikmati hasilnya ya syukurlah. Kalau memekakkan telingga ya sudah tidak usah didengar.
Poin penting saat berkreasi dengan musik/DAW sebenarnya membuat otak dan hati kita tidak stagnan. Ada semacam aktifitas yang sehat. Yah untuk mengurangi efek kepikunan kalau otak tidak ada rangsangan. Juga sebagai bentuk aktualisasi diri dengan hobby yang baik.
Saya mencermati juga masalah hak cipta soal musik lebih dalam saat mainan DAW. Jika Anda mengambil satu komponen musik yang punya hak cipta, lebih baik ijin hehehe. Saya pernah membaca komentar di forum dari salah satu penyanyi yang banyak men-share vocalnya yang merdu untuk umum. Dia pernah curhat alias protes karena banyak yang ambil vocalnya tanpa ijin untuk membuat musik dan dijual.
Terakhir, ini adalah tulisan seorang awam saja. Saya bukan seorang pemusik atau sebangsanya. Jadi abaikan saja jika Anda merasa tidak sreg dengan tulisan di atas.
Peace!