Ini tentang eksperimen sambil jalan Transceiver SSB 40M band berbasis Bitx40. Dibuat dari pagi sampai pagi sambil ditemani kopi… Hehehe (ini melebihi jam kantor manapun).
Rangkaian Bitx40 adalah “hackable”. Karena semua open source baik hardware maupun software, proses eksperimen jadi lebih asyik.
Model “old school” alias komponen langsung disolder di atas PCB. Dasar PCB sebagai groundplane untuk menghilangkan noise frekuensi tinggi.
Gaya mengerjakan model ginian sudah banyak ditinggalkan dan tidak perlu diikuti. Tapi jika ingin, ini hal yang sah dan legal. Aliran “ugly & dead bugs”. Jadi saya namakan UglyB1tch aja sekalian projectnya karena berbasis Bitx40 hehehe.
Prinsipnya, mengerjakan bagian demi bagian. Dinikmati prosesnya sambil nyruput kopi. Kadang serasa balik ke jaman PD II saat radio HF mulai populer. Ada tarikan garis dari masa lalu sampai saat ini, saat elektronika digital jadi tren.
Mengerjakan langsung semua bagian jaminan 100% gagal. Satu bagian selesai, lakukan test. Ukur semua komponen yang meragukan. Kadang warna lampu atau cahaya membuat kabur kode warna.
Project “UglyB1tch” punya pemikiran untuk memakai komponen diskrit yang murah dan mudah didapat. Tidak semua toko elektronika jual komponen tertentu.
Semisal harga Transistor hanya Rp.500,- kapasitor Rp.100,-, Dioda 1N4148 hanya Rp.100,- harapannya, anak kost yang kadang kiriman datang telat tidak kesulitan jika ingin bereksperimen.
Saya mengabaikan komponen eksotik seperti SA612/MC1496 sebagai mixer, karena tidak semua toko elektronika jual. Apalagi MC3361/62 atau MC13135 yang banyak meringkas jumlah komponen. IC yang terakhir membuat proses belajar jadi hilang karena terbungkus bahan semiconductor 😁
Untuk DDS (Direct digital synthesizer) dipakai Arduino Nano dan Si5351. Jadi fungsi VFO dan BFO saya pakai DDS. Karena ingin menyederhanakan, saya buang semua fungsi software yang tidak perlu (bagi saya) hingga jadi tulang dan kulit saja 😁. Menambah fungsi bisa sambil jalan dan mengikuti kebutuhan.
BPF (Band pas filter) pakai toroid yang ada dipasaran. Jika ukuran toroid tidak sama, saya hitung ulang pakai simulasi induktansi.
Alat ukur yang diperlukan :DMM (Digital multi meter), solder, Sucker (ini kata yang keren untuk sedotan timah), frekuensi counter, dan induktansi meter. Untuk kelas juragan: Oscilloscope dan VNA (Vector Network Analyzer). Harga alat yang terakhir bisa buat bayar Kos seumur hidup hehehe
Kabel jenis RG-174 atau RG-316 untuk jumper antar bagian. Saya langsung solder saja tidak pakai connector SMA yang mahal dan susah didapat.
Case juga pakai case bekas murah meriah gak sampai Rp. 100.000,- yang saya cat ulang pakai Pilox.
Lebih baik jika punya Transceiver jadi (yang oke) buat testing. Saya menggunakan Ic-718. Anda dapat pakai rig homebrew lain juga kalau mau. Yang penting akurat karena sebagai patokan.
Mengapa tidak All band? Fokus pada satu band saat eksperimen buat hidup lebih nyaman. Meski rangkaian hampir sama kecuali pada bagian filter, antena untuk masing-masing band berbeda. Antena all band menurut saya ruwet dan tidak efisien.
Juga proses belajar jauh lebih mudah jika fokus pada satu band. Misalnya mengatur frekuensi kerja BFO /VFO pada DDS yang perlu uji coba berkali-kali. Jika satu band bisa, maka mengatur band lain juga mudah.
Eksperimen Transceiver HF gampang-gampang susah. Yang penting siapkan kopi yang banyak saja hehehhe.
Terakhir, mengapa tidak pakai Rig komersial saja? Tinggal pakai habis perkara. Mengapa mesti susah-susah bikin sendiri? Hasilnya pun belum tentu sebaik Rig komersial.
Baiklah… Ini tentang rasa. Tentang sensasi yang beda saat memakai alat yang dibuat sendiri. Ini sensasi seperti saat bercinta dengan 1 dari 77 bidadari dari surga 😁
✌